Pramono Beberkan Isi Pertemuan dengan Anies di Lebak Bulus
Pramono Anung, Calon Gubernur (Cagub) Jakarta dengan nomor urut 3, membagikan detail mengenai pertemuannya dengan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, di Pendopo, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, yang berlangsung pada Jumat, 15 November lalu. Dalam pertemuan tersebut, Pramono menegaskan bahwa ia memiliki komitmen untuk melanjutkan berbagai program dan kebijakan yang telah dirintis oleh Anies, terutama yang masih belum terselesaikan.
Pramono menyebut bahwa pendekatan yang akan diambilnya dalam memimpin Jakarta difokuskan pada pemberdayaan masyarakat. Ia menekankan pentingnya pendekatan humanis dan kolaboratif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup warga tanpa mengedepankan praktik penggusuran yang kerap menuai kontroversi. Menurut Pramono, pembangunan yang berkelanjutan harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat, bukan memaksakan perubahan yang justru mengorbankan warga.
Pramono Beberkan Isi Pertemuan dengan Anies di Lebak Bulus
Melanjutkan Program Anies yang Belum Rampung
Dalam perbincangan tersebut, Pramono menekankan bahwa program-program peninggalan Anies yang dirasa berdampak positif akan diteruskan dan dikembangkan. Pramono mengapresiasi beberapa inisiatif Anies yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat, seperti pengembangan ruang terbuka hijau, program pendidikan, serta peningkatan akses layanan publik. Menurut Pramono, program-program ini memiliki potensi besar untuk membawa Jakarta menuju kemajuan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Beberapa kebijakan yang telah dijalankan oleh Anies memiliki dampak yang nyata bagi masyarakat, dan saya berkomitmen untuk melanjutkannya. Yang penting adalah menjaga agar keberlanjutan ini dapat dirasakan oleh semua pihak,” ujar Pramono dalam pernyataannya.
Fokus pada Pemberdayaan Masyarakat
Pramono menegaskan bahwa visi utamanya dalam memimpin Jakarta adalah mengutamakan pemberdayaan masyarakat. Dia percaya bahwa pendekatan ini lebih efektif dalam menciptakan stabilitas sosial dan ekonomi daripada metode penggusuran. Pramono mengatakan bahwa pembangunan tidak seharusnya mengorbankan kepentingan masyarakat kecil. Sebaliknya, ia ingin agar pembangunan dirancang untuk memberdayakan mereka sehingga bisa berpartisipasi aktif dalam kemajuan kota.
“Pendekatan kami adalah memberdayakan, bukan menggusur. Pembangunan harus dilakukan dengan mengutamakan dialog dan mencari solusi yang saling menguntungkan,” tambahnya.
Langkah ini diambil untuk menghindari ketegangan sosial yang sering kali muncul ketika masyarakat merasa terancam oleh kebijakan penggusuran. Pramono percaya bahwa membangun kemitraan dengan masyarakat adalah kunci untuk mencapai pembangunan yang harmonis dan berkelanjutan.
Tanggapan Anies Baswedan
Mantan Gubernur Anies Baswedan, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, memberikan tanggapannya. Anies menyatakan dukungannya atas langkah Pramono yang ingin melanjutkan program-program yang telah dimulai. Dia menekankan pentingnya kesinambungan dalam kebijakan pemerintah, sehingga pembangunan bisa berjalan tanpa terputus hanya karena pergantian pemimpin.
“Saya senang melihat komitmen Pramono untuk melanjutkan upaya yang telah kita mulai. Kesinambungan adalah hal penting dalam pemerintahan agar hasilnya bisa dirasakan jangka panjang,” ungkap Anies.
Rencana Implementasi
Pramono menyadari bahwa tantangan untuk meneruskan program yang ada bukanlah hal yang mudah. Ia menjelaskan bahwa perlu ada penyesuaian dan evaluasi agar program-program tersebut bisa berjalan lebih efektif. Pramono juga menggarisbawahi bahwa transparansi dan komunikasi yang baik dengan masyarakat akan menjadi pilar utama dalam melaksanakan kebijakan. Dengan melibatkan warga Jakarta dalam proses pengambilan keputusan, Pramono berharap bisa menciptakan rasa memiliki yang lebih besar di kalangan masyarakat.
Penutup: Menuju Jakarta yang Lebih Inklusif
Dengan rencana untuk meneruskan program Anies dan pendekatan yang lebih menekankan pemberdayaan, Pramono berharap bisa mewujudkan Jakarta yang lebih inklusif dan berkeadilan. Ia percaya bahwa melalui partisipasi masyarakat dan kebijakan yang bersifat kolaboratif, Jakarta bisa menjadi kota yang maju tanpa mengabaikan aspek kemanusiaan.
Pendekatan ini diharapkan bisa menjawab tantangan pembangunan di ibu kota yang selama ini kerap menimbulkan perdebatan. Pramono optimistis bahwa dengan pendekatan yang tepat, Jakarta bisa menjadi kota yang lebih nyaman bagi semua penduduknya.